Cing Bing artinya “bersih” dan “terang”, hari yang cerah dan cemerlang, diperingati pada bulan Sa Gwee bertepatan dengan tanggal 5 April yakni 104 hari setelah Tang Cik, saat matahari terletak diatas garis balik 23 ½ derajat lintang selatan, saat itu langit jernih dan suasana terang benderang, sehingga tepat bila disebut Cing Bing. Di Tiong-Kok cuaca sangat nyaman, alam semesta kelihatan indah sekali.
Sembahyang Cing Bing dicetuskan oleh Kaisar Xuan Zong pada tahun 732. Kaisar menilai kebiasaan masyarakat terlalu sering melaksanakan upacara bagi leluhur dan cenderung berbiaya mahal sehingga sering kali menyusahkan mereka sendiri. Oleh karena itu Kaisar menitahkan agar upacara bagi leluhur cukup dilakukan pada pertengahan musim semi dengan mengunjungi makam leluhur.
Sembahyang Cing Bing merupakan sembahyang kepada leluhur. Dimulai pagi hari bersembahyang di rumah masing-masing yakni pada altar keluarga (Hio Hwee) atau Bio leluhur (Co Bio), kemudian dilanjutkan dengan ziarah ke makam leluhur. Sebelum bersembahyang makam dibersihkan telebih dahulu, setelah itu mengatur peralatan sembahyang dan meletakan sesaji didepan batu nisan sebagai pernyataan sikap bakti.
Diawali sembahyang kepada Malaikat Bumi (Tho Tee Kong) yang selalu menjadi perawat bagi kehidupan alam semesta atau diatas dunia, kemudian dilanjutkan sembahyang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bagi arwah leluhur atau orang tua yang telah mendahului, dengan penuh harapan semoga penghormatan ini dapat menjadi pendorong untuk selalu berperilaku luhur dan mulia.
Berkaitan dengan sembahyang Cing Bing ada beberapa tradisi yang menyertainya, hingga sekarang masih dilakukan dengan memberi tanda pada makam berupa kertas “tek”, yakni kertas merang berukuran panjang. Tradisi ini sudah dimulai sejak berdirinya dinasti Ming pada tahun 1368.
Tradisi bersembahyang Cing Bing di Tong Koei See dan di Tiong Ting merupakan tradisi turun temurun yang selalu dilaksanakan oleh segenap pengurus dan simpatisan Tjie Lam Tjay.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar